Selasa, 03 April 2012

Tugas Bahasa Indonesia 2 - Reverensi Film


Film action yang di sutradarai oleh  Gareth Evans merupakan salah satu karya bangsa indonesia yang mendunia, pria yang berasal dari wales ini sukses membuat film ini menjadi film yang keren.
The Raid merupakan film kedua dari Gareth Evans, Iko Uwais dan Yayan Ruhian setelah ketiganya bekerja sama dalam film Merantau(2009). Baik Merantauataupun The Raid sama-sama menonjolkan seni bela diri tradisional asli Indonesia, yaitu pencak silat.Langsung mengulas cerita film ini, sangat sederhana, dimana sebuah tim elit polisi penyerbu berjumlah 20 orang, yang dipimpin Sersan Jaka (Joe Talsim) di bawah perintah Letnan Wahyu (Pierre Gruno), menyerbu sebuah gedung apartemen tua di jantung daerah kumuh Jakarta, yang menjadi markas persembunyian para pembunuh dan bandit kelas dunia yang paling berbahaya. Apartemen yang dikuasai seorang gembong narkotik kejam sekaligus antagonis utama film bernama Tama Riyadi (Ray Sahetapy) untuk kemudian menangkap dan mengusirnya dari apartemen itu. Tentu saja konflik tidak terhindarkan, baku hantam terjadi di dalam gedung hingga akhirnya sang penjahat tertangkap. Cerita The Raid bergerak sangat teratur, memulai “bersenang-senang” dengan melakukan pemasanan terlebih dahulu di level paling rendah di mana lebih banyak bermain-main dengan kriminal kelas teri dan senjata mesin yang menghabiskan banyak peluru, hingga kemudian dengan cepat tanpa terkesan terburu-buru meningkat ke level duel-duel jarak dekat yang menegangkan ketika anggota tim elit polisi sekaligus pemeran utama film ini, Rama (Iko Uwais) harus berhadapan dengan penjahat-penjahat yang levelnya lebih tinggi dan lebih sadis, memulai melakukan aksi bela dirinya yang mempesona lengkap dengan gerakan-gerakan akrobatik, suara tusukan pisau, tulang-tulang yang patah dan muncratan darah kental. Ada konflik-konflik lain seperti perseteruan Rama dengan kakanya yang juga menjadi tangan kanan Tama, Andi (Donny Alamsyah), perseteruan antara Sersan Jaka dan Letnan Wahyu dan konflik lainnya yang membuat film mengalir sehingga The Raid tidak terkesan film aksi tanpa makna seperti yang dikatakan kritikus kenamaan Roger Ebert, hingga ia memutuskan untuk memberinya rating buruk. Walaupun tidak spesial tapi cerita yang juga ditulis sendiri oleh Gareth Evans ini cukup menarik, bahkan ia juga punya sedikit twist di dalamnya. Selain itu dengan jumlah pertarungan yang sangat banyak, memang akan menjadi sangat sulit untuk mengatur tempo film, namun sutradara Wales ini berhasil mengatur tempo setiap pertarungan dan mengatur jeda antar pertarungan, sehingga penonton diberi kesempatan untuk bernapas dan mengapresiasi pertarungan yang baru saja selesai.
Editing oleh Gareth Evans dan sinematografi oleh Matt Flannery dalam The Raid merupakan ke-sahih-an pertama Indonesia di tahun 2012. Muncratan darah kental dari jarak dekat yang jernih, meskipun CGI, tapi efek ini yang paling mencengangkan. Gerakan slow-mosaat api keluar dari senjata yang ditembakkan memang belum dapat menyaingi Sherlock Holmes A Games of Shadows (2011), tapi efek tersebut sangat berhasil menambah sisi dramatis dalam film, juga sama halnya ketika ledakan gas di dalam kulkas. Pengambilan gambar dengan angle tepat juga merupakan kelebihan The Raid. Mungkin wajar bila melihat bahwa genre film ini sendiri merupakan action, dimana seluruh gerak-gerik aktor saat tertangkap kamera sangatlah penting. Untuk scoring The Raid di Indonesia yang digarap oleh Fajar Yuskemal dan Aria Prayogi sukses membuat situasi menjadi menegangkan di setiap momennya.
Dari segi akting para aktor, wow, dengan cukup banyaknya karakter, The Raid sanggup memperlihatkan performa sahih para pemeran filmnya yang memberi nilai tambah. Aktor kawakan seperti Ray Sahetapy dan Piere Gruno yang sudah tidak asing di mata penonton Indonesia memang sudah tidak diragukan lagi, sedangkan akting dari Yayan Ruhian sebagai Mad Dog yang gemar adu pukul ketimbang adu tembak, Godfred sebagai preman berparang yang tampil intimidatif dan keaslianlogat Malukunya, melengkapi kebengisan mereka dalam bertarung. Akting Iko Uwais, Donny Alamsyah, maupun Joe Talsim dikatakan cukup aman untuk sebuah film action.Untuk saat ini, mungkin The Raid sudah menjadi film aksi Indonesia terbaik yang pernah ada, bahkan dunia pun mengakuinya. Jadi jangan ragu menghabiskan 100 menit waktu hidup untuk menontonnya.